Timothy Marbun, Merasakan Manfaat Ayah Membudayakan Berbahasa Inggris di Rumah

Wayan Diananto | 21 Juni 2015 | 08:33 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - COWOK ganteng ini memulai karier di Metro TV pada 2007. Kala itu, dia menjadi tuan rumah World News, Metro Malam, dan program berbahasa Inggris, Indonesia This Morning. Kini, wajahnya menyapa kita lewat Sapa Indonesia Pagi (SIP) bersama Bayu Sutiyono dan Glory Oyong. 

Timothy Marbun (33) tidak tahu apakah Kompas TV pemberhentian terakhir dalam kariernya. “Hanya Tuhan yang tahu,” begitu ia berkilah.

Sama seperti ia dulu tidak tahu mau menjadi apa setelah lulus SMA dan kuliah bisnis di salah satu universitas swasta di Ibu Kota.

“Saya melanjutkan kuliah ke The University of East London Malaysia. Kemudian, saya dengar kabar ada lowongan kerja sebagai international reporter. Sepertinya menarik!” ungkap Tim, ditemui di Senayan, Jakarta.

Tim menyangka profesi itu akan membawanya bertualang ke negeri orang. Nyatanya, tugas international reporter itu menerjemahkan berita dari siaran televisi luar negeri. Meski demikian, kecintaan pada pekerjaan membuat Tim mendekat ke arah impi. 

Bagi orang awam, menyaksikan program berita berbahasa Inggris kurang mengasyikkan. Apalagi jika si pemirsa kurang memahami bahasa Inggris. Bagi Tim, mengantarkan berita dalam bahasa Inggris itu menyenangkan.

Dia lantas mengajak kami menapaki masa lalu. Tim pada usia 3 sampai 8 tahun tinggal di Amerika Serikat. Saat pulang ke Indonesia ayahnya, Dimpos Marbun, menerapkan aturan tak tertulis bahwa seluruh anggota keluarga ketika mengobrol harus memakai bahasa Inggris. 

“Jika tidak, saya dihukum. Saat pulang ke Indonesia, kami menetap di Aceh. Maklum, ayah bekerja di perusahaan gas. Perusahaannya memberi fasilitas kuliah ke luar negeri. Lulus kuliah, beliau ditempatkan di Aceh. Saya belajar di sekolah yang menggunakan bahasa Indonesia. Saya mengalami kesusahan,” tuturnya.

Dia tak mengerti mengapa ayahnya menerapkan membudayakan berbahasa Inggris di rumah. 

Tim baru merasakan manfaatnya setelah bekerja. “Adik dan kakak saya sampai sekarang fasih berbahasa Inggris. Bukan berarti bahasa Indonesia tidak penting. Tetap penting karena bagaimana pun kami warga negara Indonesia,” Tim berujar.

(wyn/gur)

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait